Cerpen Remaja
Minggu, 19 Mei 2013
Rabu, 05 Desember 2012
BULAN PENUH KECEWA
Oleh Armadayanti
April…..
Dalam hidup ini aku tidak pernah berpikir semua hal yang bernama kemunafikan atau hal yang membuat sakit hati. Hari ini tepat 1 tahun hari jadian kami, aku bahagia memiliki dia, orang yang selalu setia dan sabar dengan sikap ku yang super egois. Dan satu hal yang buat aku hari ini agak tampak lesu , aku berencana buat putus tepat di hari jadian kami. Sesuai rencana kami bertemu setelah aku pulang sekolah. Saat di gerbang sekolah aku sudah disambut oleh senyum manisnya.
“capek ya?” sapa Rian
“nggak kok kak, nggak kuliah hari ini?”berusaha untuk basa basi
“kuliah cuman tadi jam9 udah pulang”
“oke deh, pulang yuks , panes banget” aku mengibaskan tangan ku sambil menahan panas teriknya matahari.
Diperjalanan pulang aku masih tetap diam, dia Nampak kebingungan dengan tingkah laku yang aku lakukan.
“Lha, kamu gak enak badan ya? Kok diam aja dari tadi”
“ehmbt gak juga, oh ya aku ada yang ingin di omongin”
“ngomong aja”
“aku tau kita akhir-akhir ini sering berantem , dan aku juga tau kakak selalu mengalah dengan semua masalah kita, tapi aku merasa berdosa kalo gak ngomongin ini ke kakak, kakak kenalkan sama Dion?”
“oh dia itu kan selalu kamu cerita”
“iya, dan sekaranga ku sama dia udah deket, dan kayaknya aku gak bisa ngelanjutin hubungan kita, maafin aku”
“Lha hari ini seharusnya kita bahagia, kenapa harus ngeluarin kata-kata yang bikin hancur berantakan, aku tau kamu becanda” lau menghentikan motor ninja nya.
“gak kak ini beneran, maaf”
“udah nyampe Lha , aku pulang dulu, oh ya moga pilihan kamu itu tepat”
Satu bulan ini aku benar-benar gak tau dengan kabar Rian, dia gak pernah telpon ataupun sms aku duluan, kalopun aku sms atau telpon dia gak pernah bales n ngangket, dan hubungan ku sama Dion sekarang resmi jadian, dia lucu buat aku gak kaku kalo berhadapan bersama dia beda sama Rian.dia juga senang bergaul sama sahabat aku, dan sahabat aku juga menyukainya.
Kami bersahabat lima orang, Sinta, Intan,Aira, dan Melinda. Kami selalu kompak disekolah, kami udah bersahabatan mulai dari kecil dan sekarang ini kami kelas 3 SMA . dalam 2 bulan ini hubungan aku sama Dion baik-baik aja, bahkan bisa dibilang mengasyikkan. Dia nganterin aku, suka ngumpul bareng sahabat aku, dan juga dia akrab sama keluarga aku, itu yang aku suka, dan buat aku benar-benar ngelupain Rian.
Sebenarnya awal perkenalan aku dengan Dion saat itu dia punya sepupu yang sekelas dengan aku, karena aku juga termasuk siswi yang smart d SMA itu maka aku suka koleksi buku paket, jadi dia minjem buku paket, karena ada tugas dari kampusnya. Sejak itu kami mulai dekat tapi gak langsung jadian karena aku lebih tertarik sama Rian yang kata-kata anak dia super pintar di kampusnya, dan akhirnya aku jadian sama Rian bukan Dion.
September….
Hari ini, sahabat aku ngajak ngmpul, aku juga gak tau kenapa dadakan sekali, katanya ada yang mau di omongin, sore itu mereka nyampe dirumah aku.
“tumben banget ya dadakan banget, besok disekolahkan bisa cerita”
“ohya Lha, gimana hubungan kamu sama kak Dion?”Intan memulai pembicaraan.
“baik-baik aja, barusan juga baru telponan, kenapa?"
“aku dan temen-temen gak suka kamu sama dia, mending kamu putusin aja kak Dion” ujar Intan semangat.
“kenapa? Kok gitu? Emank ada salah apa?”
“Lha, maafin aku yah, aku baru sekarang ngomong sama kamu , kak Dion dalam seminggu terakhir ini sering ngajak aku ketemuan, dan katanya hari ini akan putusin kamu demi aku, tapi aku bilang gak bisa, karena aku sayang kamu Lha. Dia gak pernah suka sama kamu, dia Cuma mau main-mainin kamu dan aku harus jujur sama kamu, kak Dion itu jahat Lha” Melinda sambil memelukku.
“apa?” entah apa yang aku pikirkan yang pasti aku ngerasa dadaku sesak dan benar gak terasa air mata itu jatuh tanpa aku sadari ,
“udah lah Lha, kenapa harus nangis harus yang sekarang kamu lakuin putusin dia, kamu mencintai orang yang selama ini nggak pernah suka sama kamu” Sinta berusaha untuk menegaskan.
Aku mengambil handphone ku dan menelpon kak Dion, dan terdengar suara disana yang membuat aku sebenarnya enggan untuk bicara.
“hallo, kenapa Lha?”
“makasih ya kak, sayangnya aku nggak niat lagi kita pacaran , dan jangan lagi ganggu hidup aku, kita putus”
Udah 2 hari ini aku gak pernah mau ketemu sama Dion, dia udah telpon berkali-kali aku gag pernah angkat , aku tau mungkin dia merasa bersalah dengan sikapnya yang begitu. Saat aku lagi tiduran dirumah , terdengar suara ketukan pintu, dan aku keluar yang aku lihat sosok Dion yang Nampak pucat.
“kenapa? Apalagi?aku lagi sibuk buat tugas”
“kakak pengen ngomong Lha, setelah kakak jelasin kita boleh berakhir”
“masuk” dengan wajah bĂȘte
“Lha, maafin kakak untuk itu, mungkin rasa suka kakak terhadap Melinda salah”
“gak kok kak, itu udah hak kakak buat sama dia”
“jujur awal kita pacaran kakak nggak pernah suka sama Lala, tapi saat saat kakak kehilangan Lala , kakak merasa menyia-nyiakan orang yang benar-benar sayang sama kakak, kakak butuh Lala, percaya ato gak, kakak pengen kita kayak dulu”
“maaf kak, kayaknya aku nggak bisa, lebih baik kita akhiri saja, aku udah ikhlasin semua, jadi sekarang aku ingin kakak jalanin hidup kakak dan juga aku sebaliknya”
“ makasih, tapi kakak masih berharap kita bisa seperti dulu, dan kakak benar2 ingin menebus dosa kakak”
“gak ada yang salah”
Sejak saat itu dalam pikiran ku benar-benar ingin melupakan semua hal terindah itu, karena saat setiap kali mengingat Dion yang ada rasa sakit karena dia berusaha mencintai ku hanya untuk buat aku tersenyum. Dalam kesendirian ku yang ada bayangan Rian sering muncul , dia yang benar-benar mencintai ku malah aku sia-siakan. Mungkin ini juga karma buatku.
Dan aku akan menjadikan ini pelajaran, bahwa tidak selalu orang yang kita cintai itu baik untuk kita, maka itu aku tidak akan pernah menyianyikan orang mencintaiku hanya untuk orang yang aku cintai.
Oleh Armadayanti
April…..
Dalam hidup ini aku tidak pernah berpikir semua hal yang bernama kemunafikan atau hal yang membuat sakit hati. Hari ini tepat 1 tahun hari jadian kami, aku bahagia memiliki dia, orang yang selalu setia dan sabar dengan sikap ku yang super egois. Dan satu hal yang buat aku hari ini agak tampak lesu , aku berencana buat putus tepat di hari jadian kami. Sesuai rencana kami bertemu setelah aku pulang sekolah. Saat di gerbang sekolah aku sudah disambut oleh senyum manisnya.
“capek ya?” sapa Rian
“nggak kok kak, nggak kuliah hari ini?”berusaha untuk basa basi
“kuliah cuman tadi jam9 udah pulang”
“oke deh, pulang yuks , panes banget” aku mengibaskan tangan ku sambil menahan panas teriknya matahari.
Diperjalanan pulang aku masih tetap diam, dia Nampak kebingungan dengan tingkah laku yang aku lakukan.
“Lha, kamu gak enak badan ya? Kok diam aja dari tadi”
“ehmbt gak juga, oh ya aku ada yang ingin di omongin”
“ngomong aja”
“aku tau kita akhir-akhir ini sering berantem , dan aku juga tau kakak selalu mengalah dengan semua masalah kita, tapi aku merasa berdosa kalo gak ngomongin ini ke kakak, kakak kenalkan sama Dion?”
“oh dia itu kan selalu kamu cerita”
“iya, dan sekaranga ku sama dia udah deket, dan kayaknya aku gak bisa ngelanjutin hubungan kita, maafin aku”
“Lha hari ini seharusnya kita bahagia, kenapa harus ngeluarin kata-kata yang bikin hancur berantakan, aku tau kamu becanda” lau menghentikan motor ninja nya.
“gak kak ini beneran, maaf”
“udah nyampe Lha , aku pulang dulu, oh ya moga pilihan kamu itu tepat”
Satu bulan ini aku benar-benar gak tau dengan kabar Rian, dia gak pernah telpon ataupun sms aku duluan, kalopun aku sms atau telpon dia gak pernah bales n ngangket, dan hubungan ku sama Dion sekarang resmi jadian, dia lucu buat aku gak kaku kalo berhadapan bersama dia beda sama Rian.dia juga senang bergaul sama sahabat aku, dan sahabat aku juga menyukainya.
Kami bersahabat lima orang, Sinta, Intan,Aira, dan Melinda. Kami selalu kompak disekolah, kami udah bersahabatan mulai dari kecil dan sekarang ini kami kelas 3 SMA . dalam 2 bulan ini hubungan aku sama Dion baik-baik aja, bahkan bisa dibilang mengasyikkan. Dia nganterin aku, suka ngumpul bareng sahabat aku, dan juga dia akrab sama keluarga aku, itu yang aku suka, dan buat aku benar-benar ngelupain Rian.
Sebenarnya awal perkenalan aku dengan Dion saat itu dia punya sepupu yang sekelas dengan aku, karena aku juga termasuk siswi yang smart d SMA itu maka aku suka koleksi buku paket, jadi dia minjem buku paket, karena ada tugas dari kampusnya. Sejak itu kami mulai dekat tapi gak langsung jadian karena aku lebih tertarik sama Rian yang kata-kata anak dia super pintar di kampusnya, dan akhirnya aku jadian sama Rian bukan Dion.
September….
Hari ini, sahabat aku ngajak ngmpul, aku juga gak tau kenapa dadakan sekali, katanya ada yang mau di omongin, sore itu mereka nyampe dirumah aku.
“tumben banget ya dadakan banget, besok disekolahkan bisa cerita”
“ohya Lha, gimana hubungan kamu sama kak Dion?”Intan memulai pembicaraan.
“baik-baik aja, barusan juga baru telponan, kenapa?"
“aku dan temen-temen gak suka kamu sama dia, mending kamu putusin aja kak Dion” ujar Intan semangat.
“kenapa? Kok gitu? Emank ada salah apa?”
“Lha, maafin aku yah, aku baru sekarang ngomong sama kamu , kak Dion dalam seminggu terakhir ini sering ngajak aku ketemuan, dan katanya hari ini akan putusin kamu demi aku, tapi aku bilang gak bisa, karena aku sayang kamu Lha. Dia gak pernah suka sama kamu, dia Cuma mau main-mainin kamu dan aku harus jujur sama kamu, kak Dion itu jahat Lha” Melinda sambil memelukku.
“apa?” entah apa yang aku pikirkan yang pasti aku ngerasa dadaku sesak dan benar gak terasa air mata itu jatuh tanpa aku sadari ,
“udah lah Lha, kenapa harus nangis harus yang sekarang kamu lakuin putusin dia, kamu mencintai orang yang selama ini nggak pernah suka sama kamu” Sinta berusaha untuk menegaskan.
Aku mengambil handphone ku dan menelpon kak Dion, dan terdengar suara disana yang membuat aku sebenarnya enggan untuk bicara.
“hallo, kenapa Lha?”
“makasih ya kak, sayangnya aku nggak niat lagi kita pacaran , dan jangan lagi ganggu hidup aku, kita putus”
Udah 2 hari ini aku gak pernah mau ketemu sama Dion, dia udah telpon berkali-kali aku gag pernah angkat , aku tau mungkin dia merasa bersalah dengan sikapnya yang begitu. Saat aku lagi tiduran dirumah , terdengar suara ketukan pintu, dan aku keluar yang aku lihat sosok Dion yang Nampak pucat.
“kenapa? Apalagi?aku lagi sibuk buat tugas”
“kakak pengen ngomong Lha, setelah kakak jelasin kita boleh berakhir”
“masuk” dengan wajah bĂȘte
“Lha, maafin kakak untuk itu, mungkin rasa suka kakak terhadap Melinda salah”
“gak kok kak, itu udah hak kakak buat sama dia”
“jujur awal kita pacaran kakak nggak pernah suka sama Lala, tapi saat saat kakak kehilangan Lala , kakak merasa menyia-nyiakan orang yang benar-benar sayang sama kakak, kakak butuh Lala, percaya ato gak, kakak pengen kita kayak dulu”
“maaf kak, kayaknya aku nggak bisa, lebih baik kita akhiri saja, aku udah ikhlasin semua, jadi sekarang aku ingin kakak jalanin hidup kakak dan juga aku sebaliknya”
“ makasih, tapi kakak masih berharap kita bisa seperti dulu, dan kakak benar2 ingin menebus dosa kakak”
“gak ada yang salah”
Sejak saat itu dalam pikiran ku benar-benar ingin melupakan semua hal terindah itu, karena saat setiap kali mengingat Dion yang ada rasa sakit karena dia berusaha mencintai ku hanya untuk buat aku tersenyum. Dalam kesendirian ku yang ada bayangan Rian sering muncul , dia yang benar-benar mencintai ku malah aku sia-siakan. Mungkin ini juga karma buatku.
Dan aku akan menjadikan ini pelajaran, bahwa tidak selalu orang yang kita cintai itu baik untuk kita, maka itu aku tidak akan pernah menyianyikan orang mencintaiku hanya untuk orang yang aku cintai.
THE END
MOVE ON !
Kriiinggg “Halloo..“
... “Hallo, bisa bicara dengan Jenny?”
... “Hallo, ini Bobby, bisa bicara dengan Jenny?”
... Klekkk! Tuttt tutt tuttt
Pagi itu mendadak muka Jenny masam semasam-masamnya yang dia bisa. Dina aja sampe bingung ada apa gerangan.
“Kenapa loe Jen?“
“Ga kenapa – kenapa“
“Yakin loe? Loe mandi kan pagi ini ?”
“Apa – apaan sih loe Din? Ya iyalah gue mandi!“
“Ups sorry, abisnya muka loe kusut banget. Kenapa sih?“
"Daripada loe ngurusin urusan gue mending loe urusin deh PR dari Pak Burhan.“
“Hah?? Emang ada PR ya?“
“Ada, halaman 204 bagian C dan D, essay semua tuh, 15 menit lagi masuk.“
Jenny berjalan melenggang melewati Dina, sementara Dina langsung ngacir menuju kelas.
Teetttt tettt tettttttt, bel masuk. Jenny yang pagi – pagi udah galau aja di kantin langsung menuju kelas. Di kelas dilihatnya muka Dina menekuk kesel.
“Jen loe usil banget sih. Tega – teganya loe ngerjain gue. Dengan susah payah gue ngerjain tuh soal, untung si Budi bilang nggak ada PR, jahat loe!“
“Lagian loe suka banget ngabisin waktu loe buat urusin urusan orang lain.“
“Yaaa sorry, abisnya gue kesel aja liat muka loe. Pagi – pagi udah kusut banget persis orang seminggu ga mandi.“
“Gue lagi galau.“
“What?? Masih labil ya loe.“ Dina cengengesan.
“Hellooo Din, wajar dong gue labil. Umur gue aja belom 20 tahun. Sepupu gue noh, udah 21 masih aja suka galau and labil. Loe jangan mojokin gue dong. Kayak loe ga pernah galau aja.“
“Iya iya, sorry. Sensitiv banget sih loe. Galau kenapa loe? Bobby lagi?”
“Iya. Tadi pagi dia nelpon gue. Sulit Din buat lupain dia, meskipun dia udah ga satu tempat lagi sama gue, tetep aja gue masih sakit hati nginget dia. Denger suaranya aja bikin nyeri uloe hati gue Din.“
“Hmmm, kayaknya loe perloe ke psikolog deh Jen, masa loe masih beloem bisa loepain orang yang udah nyakitin loe, udah ninggalin loe, udah ga mikirin loe lagi, dan yang pastinya udah jauh banget dari loe. Ayolah Jen, itu udah setahun yang lalu, masa sih loe ga bisa lupain dia.“
“Din, loe ga ngerti karna loe ga di posisi gue. Coba kalo loe di posisi gue. Susah Din.“
“Hmmm, bukannya gue sok ngajarin sih Jen, tapi loe cantik, dan banyak yang suka sama loe, masa sih loe mau dan masih menyia – nyiakan waktu yang loe punya cuman buat orang yang hanya sepintas di hisup loe. Jen, dengerin gue ya, semua orang pasti pernah sakit hati, semua orang pasti pernah galau, tapi ga semua orang bisa mengatasinya Jen. Masa depan ...”
“Udah ah Din, gue ngomong sama loe juga kayanya percuma.“
“Ok Jen, maybe loe cuman butuh waktu.“ Dina balik lagi fokus ke bukunya, dan menghentikan bisik – bisik dengan Jenny. Sementara Jenny pura – pura dengerin Pak Burhan yang sejak jam pertama tadi sebenernya Jenny ga ngerti membahas tentang apa. Beruntung hari ini Dina dan Jenny duduk di kursi paling belakang, jadi kecil kemungkinan ketahuan Pak Burhan kalo mereka lagi ngobrol bisik – bisik.
Kalo dipikir – pikir Dina bener banget ya. Masa gue mau galau terus. Tapi sulit banget buat ngelupain Bobby. Hmmm, ntar istirahat gue tanya Igha deh, kayaknya dia lebih tau.
“Jen!!!!“
“Dina! Loe bisa nggak sih klo ga usah teriak – teriak gitu?“
“hehe, loe gue panggil daritadi ga nyahut“
“loh? Pak Burhan mana Din?“
“Bel istirahat udah daritadi nonaaaa, yok kantin yok, gue laper nih“
“ehhhmm, loe duluan aja deh, gue mau ke kelasnya Igha dulu“
“yakin loe? sekalian cuci tuh muka, kusut banget...“
“Iya iya! ngeselin banget loe“
Dina melenggang, sementara Jenny langsung menuju ke kelasnya Igha.
“Dina bener banget Jen, loe harusnya mulai ngebuka hati loe. Gue bingung, kerjaan loe setahun ini galau mulu, kapan loe move on nya? Ingat Jen bentar lagi kita ujian, lulus, kuliah, trus misah deh. Masa loe mau terus – terusan jomblo en galau, sementara banyak cowok cakep yang ngantri mau jadi pacar loe. Contoh tuh kak Andre udah cakep, pinter, lulusan terbaik lagi. Udah gitu pacaran sama cewek terpintar di angkatannya. Ayo dong Jen move on. Lagian elo ga bisa juga kan balikin Bobby buat jadi milik loe lagi. Gue saranin deh, buka kembali otak loe tuh, buang jauh – jauh Bobby. Lama – lama gue juga kesel denger tentang tuh cowok“ Igha bernasihat panjang lebar.
Jenny terdiam. Sampai pelajaran berakhir, entah ada angin apa, kali ini dia udah ngerasa terbuka otaknya. Dina bener, dia ga mungkin terus – terusan menyesali dan menginginkan waktu kembali lagi. Begitu banyak, bahkan ribuan menit dan detik ia habiskan utnuk memikirkan Bobby yang bahkan Jenny pun ga pernah tau kabarnya lagi. Jenny juga udah bosan dengan semua kegalauannya. Jenny udah bosan bertahan dengan semua sakit hatinya. Lama – lama bisa tua dari umur gue kalo sedih terus. Igha dan Dina bener. Hidup gue masih panjang. Mungkin Bobby salah satu orang yang dititipkan sebentar untuk memberi warna di hidup gue. Gue harus berhenti.
Malamnya Jenny membuang semua yang berhubungan dengan Bobby. Semua kontak dan barang – barang yang ingetin dia sama Bobby. Semua foto – foto dia sama Bobby, dia hapus permanent dari semua gadgetnya. Tak terkecuali semua foto print out yang tertempel di dinding kamarnya. SEMUA. Semua kenangan liburan di Bali, foto – foto pas ulang tahun Jenny Bobby kasih surprise, dan yang paling nyakitin, foto – foto Bobby bersama Jenny, Kak Andre, pacarnya kak Andre, Mamah, dan Papah. Semakin Jenny ngeliatin foto – foto itu semakin nyeri di hati Jenny. Dia sangat menyadari, bahkan sesadar – sadarnya. Bobby tetap tersimpan dihatinya, entah sampai kapan. Tapi semakin yakin juga Jenny bahwa semuanya ga akan kembali, seperti kata Dina, Jenny harus bisa mengatasi sakit hatinya.
Setelah semua barang – barang itu terkunci rapat di peti, Jenny memasukkan peti tiu ke gudang. Jenny membuka laptopnya lagi, membuka semua catatannya selama setahun. Jenny membuka document baru, disana ia mengetik.
“Jika aku menyayangimu, itu bukan sepenuhnya salahmu. Tapi itu salahku yang tak pernah mengerti bahwa waktu bisa merubah segalanya. Jika aku tetap menyayangimu, itu juga bukan sepenuhnya salahmu, itu hanya salahku yang tak bisa mengerti keadaan. Hanya saja, ternyata waktu kemudia mampu membuatku mengerti keadaan. Beribu waktu, menit, jam, bahkan tak terhitung hari kuhahabiskan pikiran dan sedihku untuk mencintaimu. Aku tak pernah berhenti, hanya saja aku beristirahat , mencoba lebih memahami waktu.“
Even you are not be the part of me anymore, I am the lucky one that had have you in my life. I have to move on even my heart stil doesn’t understand what my mind’s sugestion. You are the colors of my life that gave me a pain part and beautiful part. Thats why I have to move on.
Jenny turn off laptopnya, mencoba memejamkan mata. Berharap besok akan ada waktu untuknya menebus kembali waktu yang terbuang.
*****
Langganan:
Postingan (Atom)